nadia santosa
7 min readJun 16, 2020

Potret Pasar Wonokriyo: Pusat Perdagangan dan Pertumbuhan Kota Gombong

“dari Pasar Gombong terus kemana mbak alamatnya..”

Ketika kita mengatakan asal daerah kita adalah Gombong dan lawan bicara kita pernah berkunjung ke Gombong sebelumnya, pasti akan berkata demikian.

Gombong merupakan sebuah kota yang terletak di pesisir pantai selatan Pulau Jawa yang secara administratif berada dibawah Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Kota-kota di Pulau Jawa sebelum kedatangan kolonial dapat dikelompokkan dalam dua tipe yaitu kota-kota perdagangan di daerah pantai dan kota-kota kerajaan di pedalaman yang bersifat agraris. (Zahir: 2019) Gombong kemudian tumbuh menjadi kota dagang yang cukup ramai pada masanya. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah menjadi faktor utama perkembangan perdagangan di kota Gombong. Letak yang strategis dengan kondisi geografis yang dekat dengan pantai selatan dan kawasan dataran tinggi Dieng membuat banyak pedagang singgah untuk berdagang. Lambat laun Gombong menjadi semakin ramai dan tumbuh menjadi kota dagang sejak zaman Hindia Belanda. Kota Gombong sebagai sebuah kota kecil namun memiliki aktivitas perdagangan yang cukup ramai.

Kota Gombong merupakan salah satu pusat pertumbuhan di Kabupaten Kebumen karena mendominasi perekonomian wilayah barat Kabupaten Kebumen. Dominasi Gombong terhadap wilayah sekitarnya mengakibatkan ketergantungan wilayah sekitarnya terhadap fasilitas perkotaan dan sistem distribusi barang, baik ke wilayah belakang maupun ke kota besar. Seluruh aktivitas dagang dan distribusi barang di Gombong berpusat di Pasar Wonokriyo, Gombong.

Pintu Gerbang Pasar Wonokriyo. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Lokasi Pasar Wonokriyo Melalui Peta Sumber: google.com/maps

Pasar Wonokriyo adalah pasar terbesar di Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen. Pasar ini lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Pasar Gombong. Pasar ini terletak di sisi jalan utama yakni Jalan Yos Sudarso yang menghubungkan kota-kota besar di Selatan Pulau Jawa seperti Purwokerto, Purworejo, hingga Yogyakarta. Karena terletak di sisi jalan utama, pasar ini mudah diingat oleh masyarakat meskipun hanya lewat dan tidak singgah. Hingga saat ini belum dapat ditentukan secara pasti kapan pasar ini mulai berdiri, namun berdasarkan wawancara penulis terhadap beberapa pedagang dan masyarakat asli Gombong, pasar ini sudah ada sejak masa Hindia Belanda. Pasar ini sempat berpindah lokasi dari Jalan Pemuda lalu pindah ke lokasi sekarang di Jalan Yos Sudarso. Kedua jalan ini berdampingan dan tidak jauh letaknya. Perpindahan lokasi ini untuk memudahkan aktivitas dagang dan perluasan lahan untuk dijadikan pasar mengingat lokasi sebelumnya di Jalan Pemuda dibatasi sungai dan jalan sehingga sulit melakukan perluasan lahan. Pasar ini terbagi menjadi tiga bagian utama yakni Pasar Besar/Pasar Gedhe, Pasar Pagi, dan Pasar Hewan/ Pasar Kewan.

okasi Pasar Wonokriyo Melalui Peta Sumber: google.com/maps

Pasar Besar atau dalam Bahasa Jawa berarti Pasar Gedhe terletak di bagian paling depan, berdampingan dengan pintu gerbang di Jalan Yos Sudarso. Pasar Gedhe sangat ramai ketika siang menjelang sore hingga malam. Didalamnya terdapat pusat pertokoan yang menjual berbagai kebutuhan mulai dari sembako, perabot rumah tangga, pakaian, elektronik, tekstil, mainan, perlengkapan sekolah, hingga toko emas dan kantor cabang perbankan. Pasar Gedhe didesain dengan modern dimana pengunjung dapat berbelanja dalam ruangan/indoor sehingga aktivitas dagang dapat berjalan dengan lebih nyaman. Di Pasar Gedhe juga menjual sebagian bahan mentah seperti sayur mayur, buah-buahan, dan sebagian kecil penjual daging ayam. Pasar Gedhe merupakan yang terlengkap dibanding Pasar Pagi dan Pasar Hewan. Di Pasar Gedhe juga terdapat banyak pdagang dan penjaja makanan seperti sate kambing, sop daging, bakso, dsb segingga pengunjung bisa berbelanja sekaligus menikmati wisata kuliner. Pada bagian belakang Pasar Gedhe terdapat terminal angkutan umum kota. Terminal ini tidak terlalu besar tapi cukup ramai. Untuk aktivitas terminal angkutan kota ini biasa beroperasi mulai pagi hari hingga sore hari sekitar pukul 17.00WIB, dimalam hari terminal akan kosong dan saat menjelang pagi akan mulai ramai kembali oleh truk pengangkut sayur. Terminal ini berdampingan dengan jalan yang membelah pasar bagian depan/Pasar Gedhe dengan Pasar Pagi. Di sisi jalan ini terdapat banyak toko bahan kue, toko plastic, toko beras, penjual bunga, dan beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat mangkal tukang becak.

Tukang Becak di Pasar Wonokriyo. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tukang Becak di Pasar Wonokriyo. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bagian pasar yang akan kita bahas selanjutnya adalah Pasar Pagi. Di Pasar Pagi penataan ruang dagang lebih cenderung dibebaskan dan tidak dibatasi oleh bangunan permanen berbentuk toko seperti di Pasar Gedhe. Pasar Pagi merupakan pasar tradisional yang mayoritasnya menjual beragam bahan mentah dan kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur, buah-buahan, umbi-umbian, ikan, daging, dan sembako. Pasar Pagi mulai beroperasi sejak dini hari sekitar pukul 01.00 WIB hingga sore hari menjelang petang, namun tentu saja puncak keramaian Pasar Pagi adalah di pagi hari sesuai dengan sebutannya. “Pagi-pagi jam satu itu sudah rame mbak, truk-truk sayur dari Magelang sama dari luar kota sudah pada mulai bongkar muat jam segitu” tutur Purwadi. Pak Purwadi adalah seorang pedagang telur di Pasar Pagi dan beliau biasa berjualan setiap hari. Berdasarkan hasil wawancara, beliau mengatakan bahwa jam 01.00–03.00 WIB biasa digunakan oleh pedagang besar dari luar kota, tengkulak, dan pedagang pasar untuk bertransaksi. Selanjutnya sekitar pukul 03.00–05.00 WIB digunakan untuk transaksi jual beli antara pedagang pasar dengan pedagang warung kecil. Pedagang warung kecil ini nantinya kan menjual sayur mayur di warung yang menyebar di daerah yang beragam. Setelah pukul 05.00 WIB pembeli selanjutnya di Pasar Pagi mayoritas adalah ibu rumah tangga untuk dikonsumsi pribadi. Semakin siang kualitas sayur yang dijual akan semakin berkurang karena sudah melalui banyak sortir atau pemilihan dari para pembeli sebelumnya, dan biasanya semakin pagi kita berbelanja semakin beragam pilihan sayur dengan kualitas bagus.

Potret Aktivitas Dagang di Pasar Wonokriyo, Gombong (Sumber: Instagram @zeefoudzin)

Di Pasar Pagi, kita juga dapat melakukan wisata kuliner. Meskipun berupa pasar tradisional terbuka/ outdoor kita dapat menjumpai banyak pedagang makanan seperti nasi kuning, bubur ayam, bubur manis, gethuk singkong, beragam jajanan tradisional, sate ayam, dll. Untuk berwisata kuliner, kita perlu datang agak lebih awal dibanding di Pasar Gedhe karena di Pasar Pagi pedagang hanya menjual makanan mereka sampai habis. Setelah makanan yang dijual habis, penjual tidak membuat lagi di hari sama tetapi di hari selanjutnya sesuai dengan stok atau persediaan yang dia bawa di hari itu. Diantara Pasar Gedhe, Pasar Pagi, dan Pasar Hewan, Pasar Pagi adalah Pasar yang harganya paling miring. Disini kita dapat melakukan penawaran atau negosiasi harga dengan para pedagang, hingga memperoleh harga kesepakatan.

Potret Aktivitas Dagang di Pasar Wonokriyo, Gombong (Sumber: Instagram @ina.mataharisenjasight )
Potret Aktivitas Dagang di Pasar Wonokriyo, Gombong (Sumber: Instagram @ina.mataharisenjasight )

Seperti di pasar tradisional pada umumnya, semakin kita mampu menguasai bahasa daerah setempat dan semakin kita berbelanja dalam jumlah banyak kita akan memperoleh harga yang semakin bersahabat. Tentu Bahasa daerah dan kuantitas belanjaan kita bukan satu-satunya alasan untuk pedagang memberikan harga yang miring atau lebih murah, tetapi itu bisa menjadi faktor pendukung. Di sisi lain semakin sering kita berbelanja di pedagang yang sama dan menjadi pelanggan setia atau langganan maka kita akan lebih mudah memperoleh harga murah bahkan bonus tanpa perlu menawar.

Di bagian belakang Pasar Wonokriyo terdapat Pasar Hewan yang menjual beragam Hewan hidup maupun yang telah disembelih. Mulai dari kambing, sapi, ayam, kerbau, dsb disini tersedia. Di Pasar Hewan ini juga terdapat penjual ikan hias, penjual makanan ternak, dan tempat pemotongan hewan. Tersedia pula tempat khusus peternakan dan pemotongan ayam yang cukup besar disini. Pasar Hewan beroperasi. Mulai dari pagi hingga petang, dan harga yang ditentukan penjual cenderung lebih sulit ditawar dibanding di pasar pagi. Hewan-hewan yang dijual disini cukup beragam mulai dari yang masih kecil atau anakan hingga yang sudah siap sembelih. Biasanya orang akan membeli hewan ternak yang masih kecil atau anakan untuk dipelihara sedangkan yang tua atau sudah siap sembelih biasanya akan digunakan untuk industri maupun restoran dan mencapai puncaknya menjelang Idul Adha. Di sekitar Pasar Hewan kita tidak dapat melakukan wisata kuliner yaa.. Tentunya ini disebabkan karena kebersihan di Pasar Hewan yang perlu diperhatikan.

Pasar Wonokriyo. Sumber: Dokumen Pribadi

Ditengah pandemi COVID 19 saat ini, Pasar Wonokriyo tak lantas mati dan sepi begitu saja. Meski beresiko tinggi, para pedagang memilih untuk tetap berdagang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Pasar tak lantas sepi namun juga sebagian besar pedagang bercerita bahwa pengunjung cenderung menurun dibanding sebelum adanya pandemi. Sebagian besar pedagang dan pengunjung pasar sudah tertib menggunakan masker, namun tetap ada sebagian orang yang kurang peduli dan mengabaikan protocol kesehatan yang diberikan. Tak jarang emerintah daerah dan masyarakat saling bahu membahu membantu membagikan masker gratis dan sembako bagi yang membutuhkan. Sebagai kawasan yang tetap ramai meski ada pandemi, pemerintah memanfaatkan pasar sebagai tempat melaksanakan rapid test masal. Semoga keadaan segera membaik..

Sumber :

https://news.detik.com/foto-news/d-3633285/foto-pasar-gombong-kebumen-dilumat-api/2

diakses 15 Juni 2020 pukul 19.13WIB.

https://www.indoplaces.com/mod.php?mod=indonesia&op=view_region&regid=4520

diakses 15 Juni 2020 pukul 19.13WIB

Wahyudi, Haryono. 2004. Kota Gombong Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Kebumen. (Tesis, Semarang: Universitas Diponegoro).

Narasumber :

Purwadi, 51 tahun, Pedagang telur dan jajanan di Pasar Gombong

Suharsikin, 62 tahun, Pedagang sayur di Pasar Gombong

Hj. Nur, 57 tahun, Pedagang sayur di Pasa Gombong

Imam, 43 tahun, Pedagang buah di Pasa Gombong

nadia santosa
nadia santosa

No responses yet